Mengenal Gejala, Jenis, dan Penyebab Buta Warna
Tulisan Ndeso, Mengenal Gejala, Jenis, dan Penyebab Buta Warna - Sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama, terdapat beberapa kejanggalan mengenai penglihatan yang saya miliki.
Kejanggalan tersebut adalah tentang perbedaan melihat warna yang saya lihat dengan orang lain, saya kurang mampu mengenali jenis warna gradasi.
Untuk warna utama atau warna primer masih bisa terlihat dengan jelas perbedaan dan saya bisa menyebutkan warna apa. Sedangkan warna gradasi, saya sering salah menyebutkan nama warna tersebut.
Membedakan masih bisa, namun menyebutkan namanya bisa membuat bingung.
Dulu berfikir, mungkin karena perbendaharaan warna saya yang kurang lengkap, sehingga saya tidak bisa menyebutkan nama dari warna gradasi meski bisa membedakannya. Maka dari itu, saya tidak terlalu mempermasalahkannya.
Semua itu berjalan hingga sekolah menengah atas, hingga akhirnya ketika akan memasuki perguruan tinggi, terdapat beberapa persayaratan yang salah satunya mengenai Buta Warna. Tes Kesehatan dapat saya lalui dengan baik, dari mulai tensi, mengukur berat badan, sampai dengan tinggi badan.
Hingga akhirnya, ketika memasuki tes mengenai buta warna, saya dihadapkan dengan sebuah buku buta warna (disebutnya Plate), didalam plate itu terdapat susunan warna melingkar yang akan membentuk pola huruf atau yang lainnya.
Awalnya saya bisa membaca atau melihat pola yang ada, namun semakin banyak halaman yang dibuka, saya jadi bingung samar-samar, dan semakin ke halaman belakang, saya tidak bisa sama sekali melihat pola yang ada.
Setelah itu dokter bilang bahwa saya menderita Buta Warna Parsial Hijau, penglihatan yang lain masih normal.
Orang tua saya yang tahu mengenai hal ini langsung menyarankan saya untuk test ulang, hingga test ketiga kalinya di dokter spesialis mata pun bilang saya menderita buta warna.
Dari semenjak itu saya mencari tahu mengenai buta warna yang memang kasus yang cukup langka, apalagi disekitar saya. Sehingga, teman-teman saya juga banyak yang tidak percaya dan menanyakan bagaimana rasanya buta warna.
Rasanya? Biasa saja, tidak mengganggu kehidupan sehari-hari, hanya saja saya tidak bisa melanjutkan jurusan impian saya di Teknik. Padahal, saat itu sudah sempat diterima di D3 Tekhnik Elektro di Universitas ternama di Jawa Tengah melalui jalur PMDK atau Rapor, sehingga, sebelum universitas tersebut memberikan persyaratan mengenai buta warna, saya sudah mengundurkan diri :D.
Pilihan selanjutnya setelah mengubur dalam-dalam impian saya untuk kuliah di Teknik, saya memutuskan untuk memilih Statistika sebagai tujuan saya.
Alhamdulillah, sampai saat ini saya bekerja tidak mengganggu, bahkan ketika saya bercerita tentang apa yang saya alami ke orang lain, mereka selalu memberi dukungan dan tidak menjelekan apa yang saya alami.
Sebagai sebuah pengentahuan, saya akan menuliskan mengenai apa itu buta warna berdasarkan apa yang saya tahu dan berbagai sumber di internet :
Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak.
Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Sebagian orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes penglihatan warna. Inilah yang saya alami atau memang keterbatasan saya waktu itu untuk tahu mengenai apa itu buta warna.
Buta warna Biru - Kuning : Penderita kesulitan membedakan warna Biru dan Kuning.
Buta warna Total : Penderita tidak mampu melihat warna dengan baik, hanya mampu melihat gelap dan terang.
Seorang penderita buta warna dari berbagai jenis kondisi di atas dapat melihat warna-warna tersebut lebih kusam dibandingkan orang-orang yang memiliki penglihatan normal.
Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua sebagaimana telah dijalaskan diatas, namun bisa saja terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Ada beberapa penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya:
Faktor Genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya sejak lahir disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom X. Seorang ayah penderita buta warna tidak akan memiliki anak yang menderita buta warna kecuali pasangannya memiliki gen buta warna. Hal ini mungkin karena wanita lebih berperan dalam menjadi pembawa gen (carrier) yang akan mewarisi buta warna kepada anak.
Penderita buta warna akibat faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, walau terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak perempuan dipastikan mengidap buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa gen buta warna.
Faktor Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker darah (leukemia), diabetes, pecandu minuman beralkohol kronis, degenerasi makula, dan anemia sel sabit.
Faktor Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan berkurang seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses penuaan dan tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.
Bahan Kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia beracun, misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida, dan pupuk.
Efek samping Obat. Beberapa pengobatan berpotensi menyebabkan buta warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan sildenafil. Jika gangguan disebabkan oleh pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah berhenti mengonsumsi obat.
Tes Ishihara
Tes ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna, namun hanya bisa mendiagnosis kondisi buta warna merah-hijau. Penderita akan diminta untuk mengenali angka yang samar-samar tertera di dalam sebuah gambar yang terbentuk dari titik-titik berwarna.
Tes Penyusunan
Tes ini dilakukan dengan cara menyusun objek berwarna dalam susunan gradasi warna yang berbeda-beda, lalu pasien akan diminta untuk menyusun benda berwarna tersebut sesuai dengan gradasi warna yang dilihatnya.
Tes Anomaloskop
Tes ini juga bertujuan mendeteksi kemungkinan seseorang mengidap jenis buta warna yang sulit membedakan warna merah dan hijau. Alat yang digunakan serupa dengan tes ishihara, yaitu berupa lingkaran, meski tipe lingkaran yang digunakan berbeda.
Bagian atas lingkaran pada tes anomaloskop ini dilengkapi lampu berwarna kuning. Sementara, bagian bawahnya terdapat lampu berwarna hijau dan merah. Lingkaran ini digunakan dengan cara memutar kenop hingga kecerahan warna-warna yang ada akan setingkat. Selanjutnya, kamu akan diminta untuk melihatnya menggunakan lensa mata.
Tes Cambridge
Tes ini hampir sama dengan ishihara, yaitu menggunakan lingkaran dengan titik-titik berwarna. Di tengah titik tersebut terdapat huruf C yang juga terbuat dari kumpulan titik dengan warna yang berbeda dari warna dasar lingkaran. Kamu akan diminta melihat lingkaran ini melalui komputer. Jika dapat melihat huruf C tersebut, berarti kamu aman dari keadaan buta warna.
Tes Online
Test Buta Warna Online sudah banyak ada di internet, anda bisa dengan mudah mendapatkannya secara gratis. Bagi yang ingin melakukan test online buta warna bisa mencarinya di Google.
Walau sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk mengobati buta warna, namun banyak penderita buta warna yang mampu belajar untuk beradaptasi dan menemukan cara dalam mengatasi masalah pembedaan warna.
Di samping itu, teknologi medis juga telah menciptakan alat bantu bagi penderita buta warna, seperti lensa mata khusus dan disediakannya setelan tertentu pada perangkat elektronik, perlengkapan rumah tangga, atau komputer demi memudahkan hambatan yang ditemui oleh pengidap kondisi ini.
Orang-orang di sekitar pengidap buta warna pun dapat turut membantu, misalnya dengan menyiapkan alat belajar yang sesuai atau memeriksa makanan sebelum dikonsumsi pengidap.
Gejala buta warna masih dapat dikurangi dengan mengobati kondisi-kondisi yang mendasarinya atau jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh pengobatan tertentu atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman sendiri dan berdasarkan referensi dari Alodokter serta beberapa referensi lain di Google. Jika anda menderita Buta Warna, bisa gabung di Grup Facebook dan bisa mempelajari Test Ishihara. Semoga bermanfaat :)
Kejanggalan tersebut adalah tentang perbedaan melihat warna yang saya lihat dengan orang lain, saya kurang mampu mengenali jenis warna gradasi.
Untuk warna utama atau warna primer masih bisa terlihat dengan jelas perbedaan dan saya bisa menyebutkan warna apa. Sedangkan warna gradasi, saya sering salah menyebutkan nama warna tersebut.
Membedakan masih bisa, namun menyebutkan namanya bisa membuat bingung.
Dulu berfikir, mungkin karena perbendaharaan warna saya yang kurang lengkap, sehingga saya tidak bisa menyebutkan nama dari warna gradasi meski bisa membedakannya. Maka dari itu, saya tidak terlalu mempermasalahkannya.
Semua itu berjalan hingga sekolah menengah atas, hingga akhirnya ketika akan memasuki perguruan tinggi, terdapat beberapa persayaratan yang salah satunya mengenai Buta Warna. Tes Kesehatan dapat saya lalui dengan baik, dari mulai tensi, mengukur berat badan, sampai dengan tinggi badan.
Hingga akhirnya, ketika memasuki tes mengenai buta warna, saya dihadapkan dengan sebuah buku buta warna (disebutnya Plate), didalam plate itu terdapat susunan warna melingkar yang akan membentuk pola huruf atau yang lainnya.
Awalnya saya bisa membaca atau melihat pola yang ada, namun semakin banyak halaman yang dibuka, saya jadi bingung samar-samar, dan semakin ke halaman belakang, saya tidak bisa sama sekali melihat pola yang ada.
Setelah itu dokter bilang bahwa saya menderita Buta Warna Parsial Hijau, penglihatan yang lain masih normal.
Orang tua saya yang tahu mengenai hal ini langsung menyarankan saya untuk test ulang, hingga test ketiga kalinya di dokter spesialis mata pun bilang saya menderita buta warna.
Dari semenjak itu saya mencari tahu mengenai buta warna yang memang kasus yang cukup langka, apalagi disekitar saya. Sehingga, teman-teman saya juga banyak yang tidak percaya dan menanyakan bagaimana rasanya buta warna.
Rasanya? Biasa saja, tidak mengganggu kehidupan sehari-hari, hanya saja saya tidak bisa melanjutkan jurusan impian saya di Teknik. Padahal, saat itu sudah sempat diterima di D3 Tekhnik Elektro di Universitas ternama di Jawa Tengah melalui jalur PMDK atau Rapor, sehingga, sebelum universitas tersebut memberikan persyaratan mengenai buta warna, saya sudah mengundurkan diri :D.
Pilihan selanjutnya setelah mengubur dalam-dalam impian saya untuk kuliah di Teknik, saya memutuskan untuk memilih Statistika sebagai tujuan saya.
Alhamdulillah, sampai saat ini saya bekerja tidak mengganggu, bahkan ketika saya bercerita tentang apa yang saya alami ke orang lain, mereka selalu memberi dukungan dan tidak menjelekan apa yang saya alami.
Sebagai sebuah pengentahuan, saya akan menuliskan mengenai apa itu buta warna berdasarkan apa yang saya tahu dan berbagai sumber di internet :
Pengertian Buta Warna
Buta Warna atau Colour Blind adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Penderita buta warna cenderung mengalami kesulitan saat melihat warna merah, hijau, biru, atau campuran warna-warna tersebut.Buta warna merupakan kelainan genetika yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita buta warna pada laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan terdapat istilah 'pembawa sifat', hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna. Perempuan dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya, tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak.
Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tersebut menderita buta warna.
Gejala Buta Warna
Penderita buta warna mungkin hanya bisa melihat beberapa gradasi warna, sementara sebagian besar orang yang normal dapat melihat ratusan warna. Gejala lainnya, sebagian penderita buta warna tidak dapat membedakan antara warna merah dan hijau, namun bisa melihat warna biru dan kuning dengan mudah.Sebagian orang bahkan tidak menyadari bahwa mereka mengalami buta warna sebelum menjalani tes penglihatan warna. Inilah yang saya alami atau memang keterbatasan saya waktu itu untuk tahu mengenai apa itu buta warna.
Jenis Buta Warna
Buta warna Merah - Hijau : Penderita kesulitan membedakan warna Merah dan Hijau.Buta warna Biru - Kuning : Penderita kesulitan membedakan warna Biru dan Kuning.
Buta warna Total : Penderita tidak mampu melihat warna dengan baik, hanya mampu melihat gelap dan terang.
Seorang penderita buta warna dari berbagai jenis kondisi di atas dapat melihat warna-warna tersebut lebih kusam dibandingkan orang-orang yang memiliki penglihatan normal.
Penyebab Buta Warna
Mata seorang penderita buta warna tidak dapat melihat atau membedakan warna sebagaimana penglihatan mata normal. Hal ini terjadi karena ada gangguan pigmen pada reseptor penglihatan warna (sel kerucut di mata). Ketika salah satu pigmen hilang, maka mata akan memiliki masalah dalam melihat warna tertentu.Dalam banyak kasus, buta warna disebabkan oleh faktor genetik orang tua sebagaimana telah dijalaskan diatas, namun bisa saja terjadi akibat efek samping dari sebuah pengobatan atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Ada beberapa penyebab seseorang mengalami buta warna, di antaranya:
Faktor Genetik. Kebanyakan penderita buta warna yang mengalaminya sejak lahir disebabkan oleh faktor genetik yang berikatan dengan kromosom X. Seorang ayah penderita buta warna tidak akan memiliki anak yang menderita buta warna kecuali pasangannya memiliki gen buta warna. Hal ini mungkin karena wanita lebih berperan dalam menjadi pembawa gen (carrier) yang akan mewarisi buta warna kepada anak.
Penderita buta warna akibat faktor genetik juga jauh lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita, walau terkadang kondisi ini dapat melewati satu generasi. Anak perempuan dipastikan mengidap buta warna jika kedua orang tua adalah pembawa gen buta warna.
Faktor Penyakit. Terdapat sejumlah penyakit yang bisa menyebabkan buta warna, seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, glaukoma, kanker darah (leukemia), diabetes, pecandu minuman beralkohol kronis, degenerasi makula, dan anemia sel sabit.
Faktor Usia. Kemampuan seseorang untuk membedakan warna perlahan-lahan akan berkurang seiring pertambahan usia. Ini adalah hal yang alami dalam proses penuaan dan tidak perlu dicemaskan secara berlebihan.
Bahan Kimia. Seseorang bisa mengalami buta warna jika terpapar bahan kimia beracun, misalnya di tempat kerja, seperti karbon disulfida, dan pupuk.
Efek samping Obat. Beberapa pengobatan berpotensi menyebabkan buta warna, seperti digoxin, phenytoin, klorokuin, dan sildenafil. Jika gangguan disebabkan oleh pengobatan, biasanya pandangan akan kembali normal setelah berhenti mengonsumsi obat.
Diagnosa Buta Warna
Ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis buta warna, di antaranya:Tes Ishihara
Tes ini yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis buta warna, namun hanya bisa mendiagnosis kondisi buta warna merah-hijau. Penderita akan diminta untuk mengenali angka yang samar-samar tertera di dalam sebuah gambar yang terbentuk dari titik-titik berwarna.
Tes Penyusunan
Tes ini dilakukan dengan cara menyusun objek berwarna dalam susunan gradasi warna yang berbeda-beda, lalu pasien akan diminta untuk menyusun benda berwarna tersebut sesuai dengan gradasi warna yang dilihatnya.
Tes Anomaloskop
Tes ini juga bertujuan mendeteksi kemungkinan seseorang mengidap jenis buta warna yang sulit membedakan warna merah dan hijau. Alat yang digunakan serupa dengan tes ishihara, yaitu berupa lingkaran, meski tipe lingkaran yang digunakan berbeda.
Bagian atas lingkaran pada tes anomaloskop ini dilengkapi lampu berwarna kuning. Sementara, bagian bawahnya terdapat lampu berwarna hijau dan merah. Lingkaran ini digunakan dengan cara memutar kenop hingga kecerahan warna-warna yang ada akan setingkat. Selanjutnya, kamu akan diminta untuk melihatnya menggunakan lensa mata.
Tes Cambridge
Tes ini hampir sama dengan ishihara, yaitu menggunakan lingkaran dengan titik-titik berwarna. Di tengah titik tersebut terdapat huruf C yang juga terbuat dari kumpulan titik dengan warna yang berbeda dari warna dasar lingkaran. Kamu akan diminta melihat lingkaran ini melalui komputer. Jika dapat melihat huruf C tersebut, berarti kamu aman dari keadaan buta warna.
Tes Online
Test Buta Warna Online sudah banyak ada di internet, anda bisa dengan mudah mendapatkannya secara gratis. Bagi yang ingin melakukan test online buta warna bisa mencarinya di Google.
Walau sampai saat ini belum ada obat atau metode untuk mengobati buta warna, namun banyak penderita buta warna yang mampu belajar untuk beradaptasi dan menemukan cara dalam mengatasi masalah pembedaan warna.
Di samping itu, teknologi medis juga telah menciptakan alat bantu bagi penderita buta warna, seperti lensa mata khusus dan disediakannya setelan tertentu pada perangkat elektronik, perlengkapan rumah tangga, atau komputer demi memudahkan hambatan yang ditemui oleh pengidap kondisi ini.
Orang-orang di sekitar pengidap buta warna pun dapat turut membantu, misalnya dengan menyiapkan alat belajar yang sesuai atau memeriksa makanan sebelum dikonsumsi pengidap.
Gejala buta warna masih dapat dikurangi dengan mengobati kondisi-kondisi yang mendasarinya atau jika buta warna yang diderita diakibatkan oleh pengobatan tertentu atau gangguan kesehatan yang telah ada sebelumnya.
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman sendiri dan berdasarkan referensi dari Alodokter serta beberapa referensi lain di Google. Jika anda menderita Buta Warna, bisa gabung di Grup Facebook dan bisa mempelajari Test Ishihara. Semoga bermanfaat :)
Cari Artikel Lainnya Di Sini