Penampakan Stadion Gelora Bung Karno setelah Renovasi dan Sejarahnya
Tulisan Ndeso, Stadion Gelora Bung Karno setelah Renovasi beserta Sejarahnya - Menyambut ajang olahraga empat tahunan di Asia atau Asian Games 2018, Indonesia melakukan berbagai persiapan untuk event tersebut.
Sebagai tuan rumah, Indonesia melakukan berbagai renovasi untuk sarana olah raga, salah satunya merenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi salah satu tempat berlangsungya beberapa pertandingan olah raga.
Wajah baru stadion ini telah dijajal dengan pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Islandia yang berakhir dengan skor 1-4 untuk kemenangan Islandia.
Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno ini menjadi sorotan masyarakat karena kini semakin megah dan membuat banyak orang takjub. Banyak fasilitas stadion yang dirombak, apa sajakah itu?
Stadion Utama Gelora Bung Karno sekarang ini menggunakan panel surya di atap nya, hal ini memungkinkan penggunaan listrik yang lebih hemat. SUGBK akan memiliki sejumlah panel surya yang akan diletakkan di atap stadion. Panel surya ini mampu menghasilkan energi listrik sekitar 450 kilowatt.
Walaupun demikian, energi yang dihasilkan panel surya ini hanya bisa digunakan langsung saat siang hari karena belum memiliki batrai penyimpanan yang mahal.
Kursi Baru Dalam Stadion
Salah satu indikator stadion berkelas internasional adalah adanya tempat duduk tunggal alias single seat. Dalam renovasi kali ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dipasangi 76.000 kursi single seat.
Kursi berbahan plastik ini didesain kuat dari hantaman benda sehingga tidak mudah rusak saat ada tindakan vandalisme supporter. Kursi-kursi tersebut ditata sedemikian sehingga membentuk pola dari warna merah putih.
Pagar Pembatas Penonton
Pagar pembatas penonton yang baru dibuat lebih rendah dan telihat lebih enak dipandang. Semoga pagar pembatas ini bisa awet yaa..
Papan Skor Baru
Papan skor baru yang digunakan saat ini lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, selain itu papan skor baru ini sudah diganti dengan Full LED. Dengan besarnya papan skor baru ini, semoga seisi stadion bisa melihat dengan jelas apa yang tertera didalamnya.
Bench Pemain dan Pelatih
Bench pemain atau tempat duduk untuk pemain pengganti kini juga diubah jadi lebih keren, selain itu tempat duduk untuk pelatih pun juga diganti. Dijamin, tempat duduk ini bakal lebih empuk.
Ruang Ganti Pemain
Ruang ganti pemain di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat ini lebih keren, bahkan mirip dengan milik stadion-stadion megah yang ada di Eropa.
"Standar ruang ganti pesepakbola memang seperti ini, yang mana di dalam ruang ganti itu terdapat beberapa fasilitas pendukung pemainnya. Seperti tersedia 25 locker, 12 shower, 6 urinoir, dan wastafel," kata Staf Engineering Adhi Karya Johanes William.
Masing-masing dari empat ruang ganti pemain memiliki model yang sama. Perbedaan cuma ada pada warna sementara untuk kelengkapannya memang dibuat unisex.
Rumput Stadion Standar FIFA
Selain bangku penonton yang menjadi salahsatu standar stadion kelas internasional, rumput juga menjadi syarat salah satunya. Memang, sebelumnya stadion ini sudah menggunakan standar FIFA, namun sekarang rumputnya jadi lebih keren.
Selain rumput, sistem drainase juga anti banjir dan menggunakan alat penyiraman rumput otomatis untuk menjaga rumput tetap keren.
Sistem Penerangan Modern
Sebanyak 620 lampu LED (produk diode pancaran cahaya) dipasang mengelilingi stadion untuk memastikan pencahayaan selama pertandingan. Padahal sebelum renovasi, hanya ada 200 lampu saja yang dipasang, tingkat kecerahannya mencapai 3.500 lumens (satuan terang-gelapnya cahaya).
Sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno
Stadion Utama Gelora Bung Karno pertama kali diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno pada 21 Juli 1962 untuk gelaran olah raga Asian Games IV. Saat itu, Indonesia ditunjuk oleh Asian Games Federation tepat setelah Asian Games III yang berlangsung di Tokyo, Jepang.
Namun terdapat syarat minimum yang harus dipenuhi oleh Indonesia selaku tuan rumah, yakni adanya kompleks multiolahraga. Presiden Sukarno menjawab tantangan tersebut dengan menerbitkan Keppres No 113/1959 tanggal 11 Mei 1959 tentang pembentukan Dewan Asian Games Indonesia (DAGI).
Dewan Asian Games Indonesia ini dipimpin oleh Maladi, Menteri Olahraga kala itu. Arsitek kesayangan Bung Karno, Frederik Silaban juga masuk dalam susunan pengurus DAGI.
Semula lokasi yang dipilih adalah di dekat Jalan MH Thamrin dan Menteng, yaitu kawasan Karet, Pejompongan, atau Dukuh Atas. Sukarno juga mengusulkan kawasan Bendungan Hilir atau Rawamangun.
Tapi Frederik Silaban yang mendampingi Sukarno saat meninjau lokasi melalui helikopter, tak menyarankan semua lokasi terseut karena akan memperparah kemacetan dan juga rawan banjir. Alternatif pilihan berikutnya adalah kawasan Senayan seluas kurang lebih 300 hektar. Pilihan ini disetujui Frederik Silaban.
Setelah diberikan pengertian dan ganti rugi, warga kampung Senayan sekira 60.000 jiwa dipindahkan ke perumahan baru di Tebet, Slipi, dan Ciledug. Pada 8 Februari 1960, Bung Karno melalukan pemancangan tiang pertama proyek pembangunan GBK.
Presiden Sukarno terinspirasi kemegahan bangunan Stadion Pusat Lenin di Moskow, Uni Soviet. Dalam kunjungannya ke negara tersebut pada 1956, Bung Karno menantang semua arsitek di Uni Soviet merancang sebuah stadion olahraga yang dapat melindungi semua penontonnya dari hujan dan panas matahari. Dia ingin sebuah stadion dengan atap Temu Gelang.
Temu gelang adalah sebuah atap yang menyambung secara melingkar mengikuti lintasan olahraga. Desain atap temu gelang tak hanya unik, tapi seluruh penampilannya juga terbentuk secara ritmis dan harmonis dalam kesatuan yang padat. Keunikan atap terletak pada pertemuan pilar-pilar tipis penyangga konstruksi.
Hampir semua arsitek yang ditemui Sukarno mengatakan ide itu tak lazim. Menurut mereka, umumnya stadion hanya bisa dirancang dengan atap sebagian. Namun Sukarno keukeuh ingin membangun sebuah gelanggang olahraga di Jakarta yang lebih megah daripada Stadion Pusat Lenin.
"Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kami harus temu gelang," kata insinyur lulusan Technische Hogeschool te Bandoeng --sekarang Institut Teknologi Bandung-- pada 25 Mei 1926 itu.
"Tidak lain, tidak bukan, saya ingin Indonesia bisa tampil secara luar biasa," dia menambahkan, seperti dikutip dalam buku Bung Karno Sang Arsitek karya Yuke Ardhiati.
Pembangunan SUBK melibatkan sekitar 40 sarjana teknik dari Indonesia yang memimpin sekitar 12.000 pekerja sipil dan militer yang bekerja selama tiga shift siang dan malam. Semuanya didampingi langsung oleh tenaga ahli dari Uni Soviet, Hongaria, Swiss, Jepang, Prancis, dan Jerman.
Akhirnya mimpi Bung Karno membangun stadion dengan atap temu gelang itu terwujud. Dalam pidatonya kepada atlet peserta pelatihan nasional untuk Asian Games, 22 Agustus 1962, Bung Karno membeberkan kebanggaannya.
"Saya memerintahkan kepada arsitek Uni Soviet, bikinkan atap temu gelang daripada main stadium yang tidak ada di lain tempat di seluruh dunia. Bikin seperti itu. Meski pun mereka tetap berkata, yah tidak mungkin Pak.
Tidak biasa, tidak lazim, tidak galib, kok ada stadion atapnya temu gelang, di mana-mana atapnya ya hanya sebagian saja. Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kita harus temu gelang," Presiden Sukarno dalam pidatonya.
Stadion ini memiliki lima lantai nan megah di dalamnya. Lantai satu sampai tiga merupakan tribun atas, denga sumbu bangunan membujur dari utara ke selatan sepanjang 354 meter. Sumbu pendeknya membentang dari timur ke barat 325 meter.
Stadion ini dikelilingi oleh jalan lingkar sepanjang 920 meter ring dalam dan 1.100 meter ring luar. Di bagian dalam stadion terdapat trek berbentuk elips seluas 1,75 hektar dengan sumbu panjang 176,1 meter dan yang pendek 124,32 meter. Lapangan sepakbola berukuran 105x70 meter.
Stadion dengan wajah baru ini memiliki kapasitas 80.000 penonton dengan kualitas kursi lebih bagus. Jenisnya satu kursi (single seat) dan lipat (flip up) yang telah memenuhi standar aksesibilitas evakuasi. Setiap kursi mampu menahan beban hingga 250 kilogram dan tidak mudah ditarik sehingga menahan aksi vandalisme.
Referensi : Detik / Brilio / Google
Sebagai tuan rumah, Indonesia melakukan berbagai renovasi untuk sarana olah raga, salah satunya merenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno yang menjadi salah satu tempat berlangsungya beberapa pertandingan olah raga.
Wajah baru stadion ini telah dijajal dengan pertandingan persahabatan antara Indonesia melawan Islandia yang berakhir dengan skor 1-4 untuk kemenangan Islandia.
Renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno ini menjadi sorotan masyarakat karena kini semakin megah dan membuat banyak orang takjub. Banyak fasilitas stadion yang dirombak, apa sajakah itu?
Konsep Stadion Utama Gelora Bung Karno |
Penampilan Baru Stadion Utama Gelora Bung Karno Retelah Renovasi
Menggunakan Panel SuryaPanel Surya SUGBK |
Stadion Utama Gelora Bung Karno sekarang ini menggunakan panel surya di atap nya, hal ini memungkinkan penggunaan listrik yang lebih hemat. SUGBK akan memiliki sejumlah panel surya yang akan diletakkan di atap stadion. Panel surya ini mampu menghasilkan energi listrik sekitar 450 kilowatt.
Walaupun demikian, energi yang dihasilkan panel surya ini hanya bisa digunakan langsung saat siang hari karena belum memiliki batrai penyimpanan yang mahal.
Kursi Baru Dalam Stadion
Kursi Baru SUGBK |
Salah satu indikator stadion berkelas internasional adalah adanya tempat duduk tunggal alias single seat. Dalam renovasi kali ini, Stadion Utama Gelora Bung Karno akan dipasangi 76.000 kursi single seat.
Kursi berbahan plastik ini didesain kuat dari hantaman benda sehingga tidak mudah rusak saat ada tindakan vandalisme supporter. Kursi-kursi tersebut ditata sedemikian sehingga membentuk pola dari warna merah putih.
Pagar Pembatas Penonton
Pagar Pembatas Penonton |
Pagar pembatas penonton yang baru dibuat lebih rendah dan telihat lebih enak dipandang. Semoga pagar pembatas ini bisa awet yaa..
Papan Skor Baru
Papan Skor |
Papan skor baru yang digunakan saat ini lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, selain itu papan skor baru ini sudah diganti dengan Full LED. Dengan besarnya papan skor baru ini, semoga seisi stadion bisa melihat dengan jelas apa yang tertera didalamnya.
Bench Pemain dan Pelatih
Bench Pemain |
Ruang Ganti Pemain
Ruang Ganti Pemain |
"Standar ruang ganti pesepakbola memang seperti ini, yang mana di dalam ruang ganti itu terdapat beberapa fasilitas pendukung pemainnya. Seperti tersedia 25 locker, 12 shower, 6 urinoir, dan wastafel," kata Staf Engineering Adhi Karya Johanes William.
Masing-masing dari empat ruang ganti pemain memiliki model yang sama. Perbedaan cuma ada pada warna sementara untuk kelengkapannya memang dibuat unisex.
Rumput Stadion Standar FIFA
Rumput Lapangan |
Selain bangku penonton yang menjadi salahsatu standar stadion kelas internasional, rumput juga menjadi syarat salah satunya. Memang, sebelumnya stadion ini sudah menggunakan standar FIFA, namun sekarang rumputnya jadi lebih keren.
Selain rumput, sistem drainase juga anti banjir dan menggunakan alat penyiraman rumput otomatis untuk menjaga rumput tetap keren.
Sistem Penerangan Modern
Lampu Penerangan Stadion yang terang |
Sebanyak 620 lampu LED (produk diode pancaran cahaya) dipasang mengelilingi stadion untuk memastikan pencahayaan selama pertandingan. Padahal sebelum renovasi, hanya ada 200 lampu saja yang dipasang, tingkat kecerahannya mencapai 3.500 lumens (satuan terang-gelapnya cahaya).
Sejarah Stadion Utama Gelora Bung Karno
Stadion Utama Gelora Bung Karno pertama kali diresmikan oleh Presiden pertama Indonesia, Ir. Sukarno pada 21 Juli 1962 untuk gelaran olah raga Asian Games IV. Saat itu, Indonesia ditunjuk oleh Asian Games Federation tepat setelah Asian Games III yang berlangsung di Tokyo, Jepang.
Namun terdapat syarat minimum yang harus dipenuhi oleh Indonesia selaku tuan rumah, yakni adanya kompleks multiolahraga. Presiden Sukarno menjawab tantangan tersebut dengan menerbitkan Keppres No 113/1959 tanggal 11 Mei 1959 tentang pembentukan Dewan Asian Games Indonesia (DAGI).
Dewan Asian Games Indonesia ini dipimpin oleh Maladi, Menteri Olahraga kala itu. Arsitek kesayangan Bung Karno, Frederik Silaban juga masuk dalam susunan pengurus DAGI.
Semula lokasi yang dipilih adalah di dekat Jalan MH Thamrin dan Menteng, yaitu kawasan Karet, Pejompongan, atau Dukuh Atas. Sukarno juga mengusulkan kawasan Bendungan Hilir atau Rawamangun.
Tapi Frederik Silaban yang mendampingi Sukarno saat meninjau lokasi melalui helikopter, tak menyarankan semua lokasi terseut karena akan memperparah kemacetan dan juga rawan banjir. Alternatif pilihan berikutnya adalah kawasan Senayan seluas kurang lebih 300 hektar. Pilihan ini disetujui Frederik Silaban.
Setelah diberikan pengertian dan ganti rugi, warga kampung Senayan sekira 60.000 jiwa dipindahkan ke perumahan baru di Tebet, Slipi, dan Ciledug. Pada 8 Februari 1960, Bung Karno melalukan pemancangan tiang pertama proyek pembangunan GBK.
Presiden Sukarno terinspirasi kemegahan bangunan Stadion Pusat Lenin di Moskow, Uni Soviet. Dalam kunjungannya ke negara tersebut pada 1956, Bung Karno menantang semua arsitek di Uni Soviet merancang sebuah stadion olahraga yang dapat melindungi semua penontonnya dari hujan dan panas matahari. Dia ingin sebuah stadion dengan atap Temu Gelang.
Temu gelang adalah sebuah atap yang menyambung secara melingkar mengikuti lintasan olahraga. Desain atap temu gelang tak hanya unik, tapi seluruh penampilannya juga terbentuk secara ritmis dan harmonis dalam kesatuan yang padat. Keunikan atap terletak pada pertemuan pilar-pilar tipis penyangga konstruksi.
Hampir semua arsitek yang ditemui Sukarno mengatakan ide itu tak lazim. Menurut mereka, umumnya stadion hanya bisa dirancang dengan atap sebagian. Namun Sukarno keukeuh ingin membangun sebuah gelanggang olahraga di Jakarta yang lebih megah daripada Stadion Pusat Lenin.
"Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kami harus temu gelang," kata insinyur lulusan Technische Hogeschool te Bandoeng --sekarang Institut Teknologi Bandung-- pada 25 Mei 1926 itu.
"Tidak lain, tidak bukan, saya ingin Indonesia bisa tampil secara luar biasa," dia menambahkan, seperti dikutip dalam buku Bung Karno Sang Arsitek karya Yuke Ardhiati.
Pembangunan SUBK melibatkan sekitar 40 sarjana teknik dari Indonesia yang memimpin sekitar 12.000 pekerja sipil dan militer yang bekerja selama tiga shift siang dan malam. Semuanya didampingi langsung oleh tenaga ahli dari Uni Soviet, Hongaria, Swiss, Jepang, Prancis, dan Jerman.
Akhirnya mimpi Bung Karno membangun stadion dengan atap temu gelang itu terwujud. Dalam pidatonya kepada atlet peserta pelatihan nasional untuk Asian Games, 22 Agustus 1962, Bung Karno membeberkan kebanggaannya.
"Saya memerintahkan kepada arsitek Uni Soviet, bikinkan atap temu gelang daripada main stadium yang tidak ada di lain tempat di seluruh dunia. Bikin seperti itu. Meski pun mereka tetap berkata, yah tidak mungkin Pak.
Tidak biasa, tidak lazim, tidak galib, kok ada stadion atapnya temu gelang, di mana-mana atapnya ya hanya sebagian saja. Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kita harus temu gelang," Presiden Sukarno dalam pidatonya.
Stadion ini memiliki lima lantai nan megah di dalamnya. Lantai satu sampai tiga merupakan tribun atas, denga sumbu bangunan membujur dari utara ke selatan sepanjang 354 meter. Sumbu pendeknya membentang dari timur ke barat 325 meter.
Stadion ini dikelilingi oleh jalan lingkar sepanjang 920 meter ring dalam dan 1.100 meter ring luar. Di bagian dalam stadion terdapat trek berbentuk elips seluas 1,75 hektar dengan sumbu panjang 176,1 meter dan yang pendek 124,32 meter. Lapangan sepakbola berukuran 105x70 meter.
Stadion dengan wajah baru ini memiliki kapasitas 80.000 penonton dengan kualitas kursi lebih bagus. Jenisnya satu kursi (single seat) dan lipat (flip up) yang telah memenuhi standar aksesibilitas evakuasi. Setiap kursi mampu menahan beban hingga 250 kilogram dan tidak mudah ditarik sehingga menahan aksi vandalisme.
Referensi : Detik / Brilio / Google
Cari Artikel Lainnya Di Sini