Teori Dominasi Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri Hanya Mitos?
Tulisan Ndeso, Teori Dominasi Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri Hanya Mitos? - Hal yang selama ini diyakini adalah karakter maupun kepribadian seseorang dipengaruhi oleh kerja otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri dipahami dominan dengan hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis, membaca maupun menganalisis.
Sementara otak kanan berperan dalam hal pengendalian emosi. Pada otak kanan, terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
Tentu saja, Anda bukanlah satu-satunya yang memercayai hal tersebut. Selama lima puluh tahun terakhir, budaya populer telah mendorong kita untuk percaya adanya tipe kepribadian otak kanan dan otak kiri.
Hal ini, menurut Stephen M. Kosslyn dalam bukunya yang berjudul Top Brain, Bottom Brain : Surprising Insights into How You Think akan menjadi teori yang mencerahkan asalkan tidak memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Stephen M. Kosslyn, seorang profesor psikologi dan ahli neurosains kognitif dari Harvard University, Amerika Serikat, dalam artikelnya di situs Time mengatakan, para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa otak kanan versus otak kiri yang sangat populer itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penelitian dari ilmuwan University of Utah berkesimpulan keyakinan tentang otak kanan dan kiri itu adalah omong kosong. Hanya mitos belaka.
Maksudnya, bagian yang satu tidak logis dan bagian yang lain intuisi, bagian yang satu analitis sementara yang lain kreatif. Bagian kanan dan kiri otak memang berfungsi dengan beberapa cara yang berbeda, tetapi perbedaan ini lebih halus daripada yang selama ini diyakini banyak orang.
Jadi, misalnya, sisi otak kiri memroses detil kecil dari hal-hal yang Anda lihat, sementara sisi kanan melihat bentuk keseluruhan.
Alasan kedua adalah kedua bagian otak tidak bekerja secara terpisah.
Keduanya selalu bekerja bersama sebagai sebuah sistem.
Senada dengan Kosslyn, Rawan Tarawneh, MD, seorang ahli saraf dari Ohio State University Wexner Medical Center, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, mengatakan pada Reader's Digest bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk gagasan seorang individu hanya menggunakan satu belahan otak lebih banyak dari belahan lainnya untuk fungsi-fungsi kognitif.
Tarawneh mencontohkan, berbicara dan memahami bahasa utamanya dikendalikan oleh belahan otak kiri, tetapi belahan otak kanan memainkan peranan dalam pemrosesan bahasa, sehingga memungkinkan kita memahami intonasi percakapan emosional, seperti mengidentifikasi sarkasme atau memahami lelucon.
Dilansir dari The Guardian, para ahli saraf dari University of Utah, Amerika Serikat telah melakukan penelitian terkait fungsi otak kanan dan otak kiri.
Peneliti telah berkesimpulan setelah menganalisis lebih dari 1.000 sampel otak. Mereka tak menemukan bukti-bukti bahwa orang tertentu lebih dominan menggunakan otak kiri maupun kanan.
Sepanjang penelitian, semua responden malah menggunakan otak mereka secara bersamaan.
Menurut pemimpin studi, Dr Jeff Anderson direktur fMRI Neurosurgical Mapping Service, University of Utah, memang meyakini adanya kecenderungan orang lebih menggunakan bagian otak yang lain guna menjalankan fungsi tertentu. Kecenderungan itu disebut lateralisasi.
Tapi, menurutnya tidak berarti penulis atau orator lebih menggunakan otak kiri lebih daripada otak kanan.
Ia malah membantah, hal itu lebih merupakan hubungan antara semua daerah otak yang memunginkan manusia untuk terlibat dalam kreativitas dan berpikir analitis.
"Ini bukan kasus otak kiri berhubungan dengan logika sementara penalaran lebih dominan di otak kanan," jelas Anderson. "Demikian halnya kreativitas, prosesnya tak didominasi pada otak kanan melebihi otak kiri," tegasnya.
Tim Anderson telah melakukan pindai otak responden berusia 7 hingga 29 tahun. Peneliti memeriksa otak mereka saat beristirahat.
Peneliti menemukan aktivitas pada 7.000 bagian otak dan kemudian memeriksa koneksi saraf bagian dalam dan saraf di antara daerah tersebut.
Meski peneliti melihat kantung lalu lintas saraf berat pada daerah tertentu. Dan rata-rata, lanjut peneliti, kedua sisi otak pada dasarnya sama dalam hal jaringan saraf dan konektivitas.
"Pada beberapa orang, kami tidak melihat pola yang mana seluruh jaringan otak kiri maupun otak kanan lebih terhubung," jelas Jared Nielsen, mahasiswa pascasarjana, yang juga terlibat pada studi itu.
Kemudian, mitos tersebut berkembang pada tahun 1960-an ketika para dokter yang bekerja sama dengan Roger W. Sperry, pemenang Nobel di bidang neurosains dari California Institute of Technology, mempelajari pasien-pasien epilepsi yang menjalani operasi untuk memutuskan corpus callosum, pita serat saraf yang menghubungkan kedua belahan otak.
Para peneliti ini menemukan bahwa ketika kedua sisi otak tidak dapat berkomunikasi satu sama lain, mereka memberikan respon yang berbeda terhadap rangsangan. Hal ini menunjukkan bahwa hemisfer atau kedua sisi otak memiliki fungsi yang berbeda.
Kedua penelitian yang menunjukkan temuan terkait dengan fungsi otak ini membuat para penggemar psikologi populer mengambil langkah dan memilah tipe kepribadian sesuai belahan otak.
Faktanya, masih menurut Anderson dalam The Guardian, "Komunitas neurosains tidak pernah menerima gagasan tipe kepribadian 'dominan otak kiri' atau dominan otak kanan'. Penelitian lesi tidak mendukung gagasan tersebut.
Kebenarannya adalah bahwa sangat tidak efisien bagi setengah bagian otak untuk secara konsisten lebih aktif daripada yang lain.
Otak kiri dipahami dominan dengan hal-hal yang berhubungan dengan logika, rasio, kemampuan menulis, membaca maupun menganalisis.
Sementara otak kanan berperan dalam hal pengendalian emosi. Pada otak kanan, terletak kemampuan intuitif, kemampuan merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis, dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
Tentu saja, Anda bukanlah satu-satunya yang memercayai hal tersebut. Selama lima puluh tahun terakhir, budaya populer telah mendorong kita untuk percaya adanya tipe kepribadian otak kanan dan otak kiri.
Hal ini, menurut Stephen M. Kosslyn dalam bukunya yang berjudul Top Brain, Bottom Brain : Surprising Insights into How You Think akan menjadi teori yang mencerahkan asalkan tidak memiliki satu kelemahan utama, yaitu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah.
Right Brain vs Left Brain |
Stephen M. Kosslyn, seorang profesor psikologi dan ahli neurosains kognitif dari Harvard University, Amerika Serikat, dalam artikelnya di situs Time mengatakan, para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa otak kanan versus otak kiri yang sangat populer itu tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penelitian dari ilmuwan University of Utah berkesimpulan keyakinan tentang otak kanan dan kiri itu adalah omong kosong. Hanya mitos belaka.
Mengapa Teori Dominasi Otak Kanan dan Otak Kiri Hanya Mitos?
Alasan pertama adalah jangkauan karakterisasi dari kedua bagian otak meleset dari sasaran.Maksudnya, bagian yang satu tidak logis dan bagian yang lain intuisi, bagian yang satu analitis sementara yang lain kreatif. Bagian kanan dan kiri otak memang berfungsi dengan beberapa cara yang berbeda, tetapi perbedaan ini lebih halus daripada yang selama ini diyakini banyak orang.
Jadi, misalnya, sisi otak kiri memroses detil kecil dari hal-hal yang Anda lihat, sementara sisi kanan melihat bentuk keseluruhan.
Alasan kedua adalah kedua bagian otak tidak bekerja secara terpisah.
Keduanya selalu bekerja bersama sebagai sebuah sistem.
Senada dengan Kosslyn, Rawan Tarawneh, MD, seorang ahli saraf dari Ohio State University Wexner Medical Center, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, mengatakan pada Reader's Digest bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk gagasan seorang individu hanya menggunakan satu belahan otak lebih banyak dari belahan lainnya untuk fungsi-fungsi kognitif.
Tarawneh mencontohkan, berbicara dan memahami bahasa utamanya dikendalikan oleh belahan otak kiri, tetapi belahan otak kanan memainkan peranan dalam pemrosesan bahasa, sehingga memungkinkan kita memahami intonasi percakapan emosional, seperti mengidentifikasi sarkasme atau memahami lelucon.
Dilansir dari The Guardian, para ahli saraf dari University of Utah, Amerika Serikat telah melakukan penelitian terkait fungsi otak kanan dan otak kiri.
Peneliti telah berkesimpulan setelah menganalisis lebih dari 1.000 sampel otak. Mereka tak menemukan bukti-bukti bahwa orang tertentu lebih dominan menggunakan otak kiri maupun kanan.
Sepanjang penelitian, semua responden malah menggunakan otak mereka secara bersamaan.
Menurut pemimpin studi, Dr Jeff Anderson direktur fMRI Neurosurgical Mapping Service, University of Utah, memang meyakini adanya kecenderungan orang lebih menggunakan bagian otak yang lain guna menjalankan fungsi tertentu. Kecenderungan itu disebut lateralisasi.
Tapi, menurutnya tidak berarti penulis atau orator lebih menggunakan otak kiri lebih daripada otak kanan.
Keyakinan Mengenai Otak Kanan dan Otak Kiri adalah Salah Paham
Menurut Anderson, terdapat kesalahpahaman bahwa untuk menganalisis dilakukan pada satu bagian otak saja dan semua proses kreatif juga hanya terjadi pada sisi otak yang berlawanan.Ia malah membantah, hal itu lebih merupakan hubungan antara semua daerah otak yang memunginkan manusia untuk terlibat dalam kreativitas dan berpikir analitis.
"Ini bukan kasus otak kiri berhubungan dengan logika sementara penalaran lebih dominan di otak kanan," jelas Anderson. "Demikian halnya kreativitas, prosesnya tak didominasi pada otak kanan melebihi otak kiri," tegasnya.
Tim Anderson telah melakukan pindai otak responden berusia 7 hingga 29 tahun. Peneliti memeriksa otak mereka saat beristirahat.
Peneliti menemukan aktivitas pada 7.000 bagian otak dan kemudian memeriksa koneksi saraf bagian dalam dan saraf di antara daerah tersebut.
Meski peneliti melihat kantung lalu lintas saraf berat pada daerah tertentu. Dan rata-rata, lanjut peneliti, kedua sisi otak pada dasarnya sama dalam hal jaringan saraf dan konektivitas.
"Pada beberapa orang, kami tidak melihat pola yang mana seluruh jaringan otak kiri maupun otak kanan lebih terhubung," jelas Jared Nielsen, mahasiswa pascasarjana, yang juga terlibat pada studi itu.
Lalu, Bagaimana Teori Otak Kiri dan Otak Kanan Bermula?
Situs Brainhq menyebutkan bahwa mitos itu kemungkinan berakar sekitar tahun 1800-an, ketika para ilmuwan menemukan bahwa cedera pada satu sisi otak sering menyebabkan hilangnya kemampuan khusus, seperti kemampuan spasial yang tampaknya berada di sisi kanan otak atau kemampuan bahasa di sisi kiri.Kemudian, mitos tersebut berkembang pada tahun 1960-an ketika para dokter yang bekerja sama dengan Roger W. Sperry, pemenang Nobel di bidang neurosains dari California Institute of Technology, mempelajari pasien-pasien epilepsi yang menjalani operasi untuk memutuskan corpus callosum, pita serat saraf yang menghubungkan kedua belahan otak.
Para peneliti ini menemukan bahwa ketika kedua sisi otak tidak dapat berkomunikasi satu sama lain, mereka memberikan respon yang berbeda terhadap rangsangan. Hal ini menunjukkan bahwa hemisfer atau kedua sisi otak memiliki fungsi yang berbeda.
Kedua penelitian yang menunjukkan temuan terkait dengan fungsi otak ini membuat para penggemar psikologi populer mengambil langkah dan memilah tipe kepribadian sesuai belahan otak.
Faktanya, masih menurut Anderson dalam The Guardian, "Komunitas neurosains tidak pernah menerima gagasan tipe kepribadian 'dominan otak kiri' atau dominan otak kanan'. Penelitian lesi tidak mendukung gagasan tersebut.
Kebenarannya adalah bahwa sangat tidak efisien bagi setengah bagian otak untuk secara konsisten lebih aktif daripada yang lain.
SUMBER :
http://ideas.time.com/2013/11/29/there-is-no-left-brainright-brain-divide/
https://facebook.com/groups/Ensiklopediabebas2/permalink/295274391163913/
https://www.rd.com/health/wellness/brain-secrets/
https://www.theguardian.com/commentisfree/2013/nov/16/left-right-brain-distinction-myth
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/mengupas-mitos-otak-kanan-dan-otak-kiri
http://ideas.time.com/2013/11/29/there-is-no-left-brainright-brain-divide/
https://www.brainhq.com/brain-resources/brain-facts-myths/brain-mythology/brain-myth-left-brain-right-brain-personality
Cari Artikel Lainnya Di Sini